UJIAN MID SEMESTER
Mata
Kuliah : Kimia
Bahan Alam
SKS : 2 SKS
Hari/waktu : Kamis, 08
Nopember 2012 pukul 10 s.d 24.00 WIB
Dosen
Pengampu : Dr.
Syamsurizal , M. Si
SOAL
1.
Jelaskan bagaimana hubungan struktur dan kereaktifan beberapa senyawa
yang anda kenal terhadap suatu penyakit tertentu.
2.
Uraikan dan berikan contoh dimana letak peran penting suatu metabolisme
sekunder dalam suatu tumbuh-tumbuhan
3.
Kemukakan gagasan anda, bagaimana ide suatu senyawa bisa di isolasi dan
purifikasi.
4.
Kemukakan bagaimana idenya suatu senyawabahan alam dapat diketahui alur
biosintesisnya.
JAWABAN
1). Efedrin merupakan senyawa alkaloid yang
dijumpai pada beberapa tanaman genus Ephedra. Di Cina, beberapa Traditional
Chinese Medicine seperti ma huang mengandung efedrin
dan pseudoefedrin. Produksi efedrin di Cina yang berasal dari
tanaman Ephedra sinica cukup besar Namun demikian, efedrin yang
dipakai saat ini kebanyakan merupakan senyawa sintetik, karena isolasi dan
ekstraksi efedrin dari Ephedra tidak lagi cost-effective karena
biaya yang mahal, dan juga ada concern terhadap ketersediaan tanaman Ephedra
jika dieksplorasi terus menerus.
struktur kimia efedrin?
Secara kimia, efedrin menunjukkan isomerisme optikal dan memiliki dua pusat
kiral, sehingga menghasilkan 4 stereoisomer Pasangan
enantiomer dengan stereokimia (1R, 2S dan 1S,2R) adalah efedrin,
sedangkan yang berstereokimia (1R,2R dan 1S, 2S) adalah pseudoefedrin.
Isomer yang dipasarkan sebagai efedrin adalah (–)-(1R,2S)-ephedrine.
Yang menarik, dengan perbedaan stereokimia ini, efek dari efedrin dan
pseudoefedrin berbeda, di mana efedrin memiliki efek yang lebih poten, termasuk
juga efek samping yang lebih besar daripada pseudoefedrin. Efedrin dan
pseudoefedrin keduanya masih banyak dijumpai dalam komponen obat selesma/obat
flu yang ada di pasaran.
Dari struktur kimianya, efedrin merupakan suatu senyawa amina yang memilik
struktur kimia mirip dengan turunan metamfetamin dan amfetamin.
Dapat dikatakan, efedrin adalah suatu amfetamin yang tersubstitusi dan merupakan
analog struktural metamfetamin. Perbedaannya dengan metamfetamin hanyalah
adanya struktur hidroksil (OH). Kalian tau amfetamin kan?
Amfetamin adalah sejenis stimulan sistem syaraf. Turunannya yaitu metilen
dioksi metamfetamin (MDMA) yang sangat ngetop sebagai ecstasy,
dan metamfetamin HCl atau shabu-shabu,
merupakan obat yang sering disalahgunakan.
Bagaimana mekanisme aksi efedrin?
Ephedrine adalah amina simpatomimetik yang beraksi sebagai agonis
reseptor adrenergik. Aksi utamanya adalah pada beta-adrenergik
reseptor, yang merupakan bagian dari sistem saraf simpatik. Efedrin
memiliki dua mekanisme aksi utama. Pertama, efedrin
mengaktifkan α-reseptor dan β-reseptor
pasca-sinaptik terhadap noradrenalin secara tidak selektif. Kedua,
efedrin juga dapat meningkatkan pelepasan dopamin dan serotonin
dari ujung saraf.
Dengan mekanisme tersebut, efedrin digunakan untuk beberapa indikasi. Pertama,
efedrin dapat digunakan untuk obat asma, sebagai bronkodilator
(pelega saluran nafas) karena ia bisa mengaktifkan reseptor beta
adrenergik yang ada di saluran nafas. Pengobatan asma tradisional atau
jaman dulu masih banyak menggunakan efedrin dalam racikannya, namun obat ini
mulai banyak ditinggalkan karena efek sampingnya yang cukup besar. Sifatnya
yang tidak selektif di mana dapat mengaktifkan reseptor alfa adrenergik
pada pembuluh darah perifer dapat menyebabkan efek vasokonstriksi
atau penciutan pembuluh darah, yang bisa berakibat naiknya tekanan darah.
Namun di sisi lain, efeknya sebagai vasokonstriktor ini
juga digunakan sebagai mekanisme obat dekongestan (melegakan
hidung tersumbat). Diketahui, ketika hidung tersumbat, terjadi pelebaran
pembuluh darah pada pembuluh2 kapiler sekitar hidung. Karena itu, efedrin yang
bersifat menciutkan pembuluh darah bisa berefek melegakan hidung tersumbat. Hal
yang sama terjadi pada pseudo-efedrin. Namun karena
pertimbangan keamanan, efedrin sudah jarang dipakai dalam komponen obat flu
sebagai pelega hidung tersumbat. Sebaliknya, yang banyak digunakan adalah
pseudoefedrin. Mekanisme aksi pseudoefedrin mirip efedrin, tapi aktivitasnya
pada beta-adrenergik lebih lemah. Pseudoefedrin menunjukkan selektivitas yang
lebih besar untuk reseptor adrenergik alfa yang terdapat pada
mukosa hidung dan afinitas rendah pada reseptor adrenergik yang ada di sistem
saraf pusat ketimbang efedrin.
KESIMPULAN NYA
Efedrin menunjukkan isomerisme optikal dan memiliki dua pusat kiral,
sehingga menghasilkan 4 stereoisomer Pasangan enantiomer
dengan stereokimia (1R, 2S dan 1S,2R) adalah efedrin, sedangkan
yang berstereokimia (1R,2R dan 1S, 2S) adalah pseudoefedrin.
Isomer yang dipasarkan sebagai efedrin adalah (–)-(1R,2S)-ephedrine.
Yang menarik, dengan perbedaan stereokimia ini, efek dari efedrin dan
pseudoefedrin berbeda, di mana efedrin memiliki efek yang lebih poten, termasuk
juga efek samping yang lebih besar daripada pseudoefedrin Kalau untuk perbedaan
kereaktifan tentu saja efedrin lebih reaktif karena mempunyai gugus hidroksil,
berbeda dengan amfetamin dan metamfetamin yang tidak mempunyai gugus hidroksil
walau bentuk strukturnya sama.sehingga struktur sangat mempengaruhi kereaktifan
dari suatu unsur jika salah satu komponen strukturnya diganti atau dihilangkan
maka kereaktifannya akan berubah.
2).
Metabolit
sekunder merupakan senyawa yang tidak terlibat langsung dalam pertumbuhan,
perkembangan, atau reproduksi makhluk hidup yang fungsinya masih belum
diketahui secara pasti. Senyawa ini biasa digunakan untuk pertahanan dan
perkembangbiakan tanaman. Kebanyakan senyawa metabolit sekunder ini beracun
bagi hewan. Penggolongan metabolit sekunder berdasarkan biosentesisnya meliputi
senyawa alkaloid, fenol, dan terpenoin (Anonim, 2010).
Kurkumin merupakan salah satu
produk senyawa metabolit sekunder dari tanaman Zingiberaceae, khusunya kunyit dan
temulawak yang telah dimanfaatkan dalam industry farmasi, makanan, farfum dan
lain-lain (Joe et al. 2004). Senyawa kurkumin ini, seperti halnya senyawa kimia
lain seperti antibiotic, alkaloid, steroid, minyak atsiri, resin, fenol yang
merupakan hasil dari metabolit sekunder suatu tanaman (Indrayanto, 1987).
Kurkominoid adalah sekelompok
senyawa fenolik yang terkandung dalam rimpang tanaman family Zingiberaceae
antara lain: Curcuma longa syn. Curcuma domestica (kunyit) dan Curcuma
xanthorhiza (temulawak). Kurkumanoid bermanfaat untuk mencegah timbulnya infksi
berbagai penyakit. Kandungan utama dari kurkumanoid adalah kurkumin yang
berwarna kuning. Kandungan kurkumin di dalam kunyit berkisar 3-4% (Joe et al,
2004; Eigner dan Schulz, 1999). Kurkumin (C2H20O6) atau diferuloyl methane
pertama kali diisolasi pada tahun 1815. Kemudian tahun 1910, kurkumin diperoleh
dalam bentuk Kristal dan dapat dilarutkan pada tahun 1913. Kurkumin tidak dapat
larut dalam air tetapi dapat larut dalam etanol dan aceton (Joe et al, 2004;
Chattopadhyay et al, 2004; Araujo).
Metabolit sekunder seperti
kurkumin dari tanaman kunyit dan temulawak dapat dibentuk dengan cara
menginduksi jaringan tanaman pada media yang mengandung zat pengatur tumbuh
untuk membentuk kalus. Kalus berasal dari potongan organ yang telah steril
dalam media yang telah mengadung auksin dan kadangkala sitokinin. Kalus
selanjutnya diperbanyak dengan cara kultur kalus ataupun suspensi dan dapat
juga menggunakan elisitor dalam fermentor atau bioreactor, contohnya ginseng
(Furaya, 1982).
Senyawa metabolit sekunder
melalui kultur jaringan dapat diisolasi dari kalus atau sel. Kandungannya dapat
ditingkatkan melalui seleksi bahan tanaman atau jaringan, tingkat pertumbuhan
tanaman, pemakaian zat pengatur tumbuh dan prekusor, pemakaian mutagen baik
secara fisik maupun kimia serta manipulasi faktor lingkungan. Kalus sebagai
bahan senyawa sekunder dan produk lainnya dapat dipacu pembentukan dan
pertumbuhannya dengan pemakaian zat pengatur tumbuh 2,4D, NAA, dan sering pula
direkombinasikan dengan sitokinin. Adakalanya, kombinasi auksin dengan
sitokinin selain slain dapat merangsang proses pembelahan sel juga mempengaruhi
kandungan senyawa sekundernya. Hasil penelitian Staba (1976) mendapatkan
peningkatan kandungan diosgenin dengan penggunaan 2,4D pada tanaman Dioscarea
deltoidea.
Pada kultur sel, kalus akan
kehabisan hara yang disebabkan karna masa kultur yang panjang yang
mengakibatkan penguapan air dan unsur hara dari waktu ke waktu. Selain
kehabisan hara, sel-sel dalam kalus juga mengeluarkan persenyawaan-persenyawaan
hasil metabolit sekunder. Sehingga akan menghasilkan senyawa kurkumin dalam
jumlah besar dalamwaktu singkat (Kristina, 1992).
Keberhasilan sintesa metabolit
sekunder dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kendala biologis. Faktor
lingkungan dapat meliputi cahaya, penggunaan zat pengatur tumbuh, prekusor,
unsur hara yang tersedia, komposisi medium, perbedaan morfologi, jaringan
tanaman yang digunakan dan aktivitas biosintesa(Tabata dalam Dalimuthe, 1987). Bahan
aktif dari suatub tanaman ini, dapat diperoleh dari tanaman lengkap. Tanaman
berinteraksi dengan lingkungan memperoleh metabolit sekunder yang
bermacam-macam (Harborne, 1996).
Seleksi in vitro untuk
mendaparkan kalus dari tanaman kunyit dan temulawak yang mengandung kurkumin
tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan agen seleksi filtrate atau elisitor
yang ditambahkan ke dalam media tumbuh. Agen seleksi filtrat adalah jasad renik
atau bagaian dari gen-gen jasad renik yang mampu menampung gen asing yang
ditumpangkan pada struktur jasad renik tersebut dan ditransplantasikan ke dalam
sel-sel yang diharapkan mampu mengubah sifat-sifat sel (Xiaojie et al,
2005).
KESIMPULAN
Metabolit sekunder adalah senyawa
yang tidak terlibat langsung dalam pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi
makhluk hidup. Metabolit sekunder memegang peranan penting sebagai system
pertahanan terhadap virus (bakteri dan fungi), herbivore (molusca, anthropoda
dan vertebrata), tanaman lain (melalui allelopati), sebagai atractan bagi
binatang membantu polinasi dan penyerbukan, penyimpanan nitrogen, system
transport nitrogen dan proteksi terhadap sinar UV.
Senyawa metabolit sekunder dari
tanaman kunyit dan temulawak berada pada rimpangnya. Salah satu kandungannya
metabolit sekunder yaitu kurkumin sebanyak 3-4%. Kurkumoanoid merupakan senyawa
fenolik yang bermanfaat untuk mencegah timbulnya infeksi berbagai
penyakit.
Peningkatan kadar kurkumin pada
tanaman ini dapat dilakuakn melalui metode bioteknologi yaitu kultur jaringan.
Bahan eksplan yang digunakan berasal dari organ tanaman untuk membentuk kalus,
yang selanjutnya kalus diperbanyak dengan suspensi. Selain itu, dapat pula
digunakan lisitor dalam fermentor atau bioraktor dan menggunakan agen seleksi
filtrat.
3). Suatu senyawa dapat di isolasi dan di
purifikasi Langkah pertama yang di lakukan adalah melakukan identifikasi
simplisa yaitu mencari tahu senyawa apa yang ada di dalam tumbuhan tersebut,
contohnya uji flavonoid, alkaloid, steroid, terpenoid, dan fenolik.
Setelah kita mengetahui senyawa apa yang
terkandung di dalam tumbuhan tersebut maka kita harus memilih pelarut yang
sesuai dengan senyawa tersebut dengan syarat:
·
Pelarut
yang mudah menguap Contoh : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan
alkohol.
·
Pelarut
tidak melarutkan senyawa yang di inginkan.
·
Titik
didih pelarut rendah.
·
Pelarut
terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
·
Pelarut
tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
·
Sifat
sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
Syarat-syarat sampel yang digunakan dalam
proses sokletasi yaitu :
1. Sampel yang digunakan mempunyai pori-porinya harus lebih
besar
Contonya tea,
2. Sampel yang digunakan tidak dapat dilarutkan oleh pelarut
yang digunakan
3. Sampel yang digunakan mudah ditembus oleh pelarut
a). isolasi
Isolasi dan Pemurnian Senyawa Antibakteri Pemisahan komponen–komponen yang terdapat di
dalam fraksi dilakukan dengan Kromatografi Kolom dan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT). Uji KLT dilakukan dengan cara berbagai perbandingan pelarut, mulai dari
pelarut yang non polar hingga pelarut yang bersifat polar. Uji KLT ini
dilakukan untuk tujuan Kualitatif. Pemisahan dalam jumlah besar digunakan
Kromatografi Kolom, lalu dielusi dengan pelarut organik dengan meningkatkan
kepolarannya secara bertahap, dapat tunggal atau kombinasi. Sedangkan pemurnian
dilakukan dengan rekristalisasi, yaitu berdasarkan kemampuan melarutkan zat
yang dimurnikan. Proses rekristalisasi diulang beberapa kali sehingga
didapatkan senyawa yang berbentuk kristal.
Karakterisasi
Senyawa Hasil Isolasi Karakterisasi senyawa hasil isolasi meliputi pemeriksaan organoleptis,
sifat kimia, fisika dan sifat fisikokimia. Pemeriksaan organoleptis dilaukan
secara visual yang meliputi pengamatan warna dan bentuk dari senyawa hasil
isolasi. Pemeriksaan sifat fisika meliputi sifat kelarutan dan jarak titik
leleh. Pemeriksaan fisiko kimia dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer
UV-VIS, spektrofotometer Inframerah dan NMR
b).
Purifikasi
Proses purifikasi adalah metode untuk mendapatkan
komponen bahan alam murni bebas dari komponen kimia lain yang tidak dibutuhkan.
Untuk tingkatan kemurnian (purity) suatu struktur senyawa
tertentu, kemurnian bahan harus 95-100% . Sedangkan ekstrak terpurifikasi harus
dijelaskan bahwa ekstrak terpurifikasi dari komponen apa sehingga tidak
menimbulkan multipersepsi. Komponen kimia dalam ekstrak yang tidak dibutuhkan
seperti lipid, pigmen (klorofil), tanin, plastisiser, dan pelumas yang dapat
berasal dari alat.
Penggunaan ekstrak terpurifikasi adalah alternatif
untuk meminimalkan massa suatu ekstrak dalam tujuan praktis pembuatan sediaan
secara farmasetis karena beberapa komponen yang terkandung dapat direduksi
dengan proses tersebut. Hal ini juga untuk menjaga beberapa kandungan kimia
ekstrak yang berefek sinergisme sehingga dapat memaksimalkan proses pengobatan
karena dalam beberapa kasus, komponen kimia yang telah diisolasi justru
menunjukkan penurunan efek.
4). Penetapan Urutan Biosintesis
Metoda
utama dari penetapan suatu urutan biosintesis adalah penggunaan pengusut
isotopik. Jika kita percaya bahwa unsur A, sebagai contoh glukosa 6- fosfat,
dapat dirubah oleh sel hidup menjadi unsur B, sebagai contoh fruktosa 6-fosfat,
yaitu bahwa A menjadi B, kita bisa berharap untuk menetapkan ini dengan
memperkenalkan A ke dalam beberapa sel yang berisi atom bertanda, dan
bisa diidentifikasi karena walaupun mereka memiliki massa yang berbeda
atau radioaktifitas yang berbeda namun secara kimiawi mereka hampir
serupa. Sebagai contoh, kita mungkin mengetahui dalam sel glukosa
6-fosfat berisi 2H, 3H, 13C, 14C,
18O, atau 32P. jika, setelah beberapa waktu, fruktosa
6-fosfat terisolasi dari sel dan ditemukan berisi atom bertanda, kita dapat
menyimpulkan bahwa sel tersebut mungkin dapat mengkonversi glukosa 6-fosfat
menjadi fruktosa 6-fosfat. Jika kita mengetahui posisi atom bertanda dalam
kedua unsur tersebut kita dapat memperoleh informasi lebih lanjut
tentang detil conversi tersebut.
Ada
beberapa kesulitan dalam penggunaan prosedur ini, tanda label harus disatukan
dengan label-label yang ditunjukan letak dan jumlah label pada setiap posisi
pembuatan. Tandanya harus diketahui pada organisme hidup, sebut saja tumbuhan.
Hal ini tidak biasanya menjadi sebuah kemungkinan untuk mengenal sel secara
langsung dimana hal ini dapat digunakan. Dan praktek umum dengan tanaman atau
jamur dapat ditumbuhkan pada kandungan atmosfer contohnya CO2 atau
kandungan pelarut contonya CH3COONa. Sebagai kemungkinan, sebuah
pelarut dari tanda mungkin diikuti agar dapat menapis sebuah sumbuh dilewati
sampai sebuah batang atau benih kelopak.
Bagaimanapun,
pemberian makanan senyawa agar lengkap seperti tanaman mungkin tidak pernah
diadsorbsi oleh tanaman, mukin tidak pernah di traspor ke bagian tanaman dimana
dimana sintesis produk akhir pada pembelajaran yang didapatkan atau mungkin
sama sekali diturunkan enzim baru lainnya utnuk memberikan bagian-bagian
terkecil yang tak bernilai. Sintesis produk menurut studi mungkin terjadi hanya
pada waktu yang pasti dalam 1 tahun, membuat eksperimen pemberian makanan di
lain waktu tak berguna. Masalah lain dengan organisme utuh adalah tentang
label bahan makanan dicairkan dengan kolam tak berlabel dari bahan itu sudah
dibarukan pada sel-sel dan dengan beberapa bahan diproduksi contohnya dalam
fotosintesis, selama periode dari eksperimen.
Untuk
menghindari beberapa masalah, mungkin diperlukan lankah-langkah untuk
dikerjakan dengan isolasi organ atau jaringan, atau dengan pemeliharaan dari
suatu pasangan sel, atau lebih baik, isolasi berasal dari larutan yang
konsentrasinya tinggi didalam enzim dan co-faktor yang dibutuhkan untuk studi
reaksi biosintesis. Sumber yang paling baik untuk digunakan dalam reaksi
biosintesis yakni dengan menggunakan larutan yang hanya mengandung enzim
murni, co-faktor, dan permukaan material.
Penggabungan
dari labeled mencapai tanda, produk harus diisolasi, banyaknya jumlah dari
pemberian tanda didalamnya menentukan jumlah dari keseluruhan molekul, dan
lokasi yang sama dari tanda. Tandanya adalah 13C, ini dapat
menjelaskan spectrum NMR dan campuran senyawa dari 13C dengan
beberapa atom hydrogen yang berdekatan. Jika tandanya tidak sama/berbeda
massa e,g 13C atau 2H, posisinya dijelaskan oleh teori
pecahan atom menjadi spectrum massa dari beberapa zat kimia. Sebagian besar
metode yang digunakan yakni radioaktif, 14C dan 3H. Untuk
mendapatkan tanda tersebut molekul harus didegradasi secara spesifik untuk
mendapatkan produk murni dari proses radioaktif berdasrkan ukurannya. Ini
memerlukan pengetahuan tentang ilmu kimia serta bahan campuran senyawa, jadi
isolasi dari atom secara spesifik dapat dilakukan.
Teknik
ini dilakukan dengan pemberian tanda awal untuk menyusun atau membuat hubungan
antra reaksi awal dan produk. Reaksi awal …oleh percobaan dan kesalahan, atau
oleh intuisi. Eksperimen harus dilakukan untuk setiap tanda. Kegagalan dalam
mencapai penggabungan mungkin diakibatkan dari kesalahan absorbs atau dari
transport, dapat dilihatan dari tanda produk, sebenarnya tidak membuktikan
adanya konfeksi, saat itu materi mengalami modifikasi atau tetap utuh
sebelum atom tergabung. Pencaharian sebelumnya menemukan atau mungkin
mendeteksi tanda yang lebih banyak dengan dua atau lebih tanda. Tidak sama dua
bahan e.g. 14C, 2H, dan 15N, didalam tidak
sama bagian molekul. Perbandingan dari jumlah setiap tanda adalah sama didalam
reaksi dan produk, molekul kiranya memasukan lebih/ tidak banyak dalam keadaan
utuh. Larutan sederhana seperti asam cuka yang kompleks dapat membuat tanda
yang sangat luas. Dari produk dimana hanya mengubah hasil produk, kemungkinan
menghasilkan tanda sangat kecil, mungkin tidak lebih banyak dari 0,01%. Reaksi
kompleks dapat diubah dalam produk akhir, dalam golongan kecil langkan biasanya
memiliki golongan kecil mungkin alternative dan presentasi dari
penggabungan dalam produk merupakan studi awal.
Teknik
kedua yang terpenting didalam menentukan biosintesikntesis, yakni membuat
urutan berupa nomor dari produk yang diketahui bentuknya. Sebagai contoh zat A,
B, dan C merupakan bagian dari biosintesis. Urutannya A→B→C, dan tanda A adalah
fed, tanda yang akan muncul pertama adalah B dan yang berikunya adalah C, dan
urutan ini dapat diperiksa saat isolasi B dan C, keduanya sebelumnya
memiliki panjang waktunya berbeda dan jumlah tanda didalam setiap tanda.
Metode
yang ketiga, dengan adanya keuntungan dari system yang tidak normal diman satu
tahap dalam biosintesia tehalangi. Reaksi kimia didalam sel oleh protein
kompleks , menggumakan enzim. Umunya satu enzim digunakan untuk setiap rekasi
atau untuk sekelompok kecil beberapa reaksi yang saling berhubungan. Enzim
adalah suatu zat yang bekerja secara spesifik. Jika tidak ada bantuan dari
enzim, reaksi dengan katalis tidak akan terjadi. Jika reaksinya normal maka
urutan dari sintesisnya yakni, mulanya zat akan terakumulasi atau digunakan
untuk sesuatu yang lain, dan komponen yang terakhir didalam urutan tidak akan
terbentuk. Ini sangat mungkin untuk organisme yang normal dan bereproduksi,
meskipun mengalami kekurangan enzim didalam varietasnya, walaupun mengalami
kekurangan tidak mencegah proses sintesis zat-zat kimia yang esensial. Hal
seperti itu merupakan varietas tiruan dari organism dan disebut ‘mutan’. Mutan
dari bakteri atau fungi timbul secara alami atau dapat dibuat, untuk contoh
penyinaran untuk varietas normal denga sinar ultraviolet. Hal ini
merupakan bagian terbesar dari ilmu organism dari metode ini. Produk organism
yang normal, produk D merupakan mutan dari organism bukan merupakan produk, ini
sangat kuat untuk menghalangi reaksi biosintesis A→B→C→D dari tingkatan B→C
mengalami kekurangan akan kebutuhan enzim. B akan terakumulasi atau mengalihkan
beberapa produk zat kimia baru, atau kembali ke A. C dan D akan terlepas,
tapi jika C menyadiakan dari bagian luarnya, maka akan masuk ke dalam D. Dari
hasil penelitian mengapa tidak sama produk yang terakumulasi didalam mutan,
atau mengapa produk harus ditambah untuk memperbaiki sintesis dari ‘missing’
produk itu mungkin untuk membuat biosintetik atau untuk menemukan hal yang
tidak diketahui tingkatannya didalam urutan.